Pada minggu lalu saya bertemu dengan seorang sastrawan yang
menjadi juru masak disebuah warung makan yang berada di Pujale UGM. Pada
awalnya memang saya tidak ada wacana dan bahan bacaan tentang romantisisme
barat. Akan tetapi sastrawan ini merekomendasikan beberapa bacaan yang
berkaitan tentang penelitian yang akan saya lakukan. Sudah cukup pusing jika
berhadapan dengan teori-teori barat. Yang saya dapat tidak sesuai dengan
keinginan. Ketika yang ingin saya tulis ini berupa empirik namun masih objektif. Karena penelitiuan saya
berkaitan tentang gaya penulisan dan wacana desa. selama ini saya kurang begitu
suka dengan penelitian-penelitian sastra di Indonesia, karya diperkosa
sedemikian rupa agar menjadi sebuah riset yang dipandang berbobot. Tapi jauh
dari situ, sebuah karya menjadi berlari dari dirinya sendiri. Mungkin seseorang
yang banyak membaca buku-buku filsafat akan menyadari tentang banyaknya
repertoire yang dia miliki, sehingga dalam membaca karya dia akan menemui bahwa
karya itu seperti apa yang ada dalam repertoire. Saya juga tidak bisa
menyalahkan bagaimana sebuah teori resepsi mempengaruhi pembaca dalam membaca
sebuah karya sesuai dengan repertoire atau kapasitas yang mereka miliki.
Arcadia adalah cara hidup yang diedealkan atau tempat yang
diidealkan karena bentuk awal teks pastoral adalah Idylls (judul puisi Theocritus).
Maka Idylls diasosiasikan dengan pastoral. Kata idylls diambil dari bahasa
yunani ‘Eidyllion’ yang berarti ‘smart picture’ dyang berisi tulisan pendek
tentang diskripsi yang diidealkan. Istilah Idylls dalam perkembangannya
digunakan secara umum, tidak hanya mengacu pada bentuk puitika khusus. Misalnya
tidak memetik buah dari pohonnya disebut Idylls (Gifford, 1999:13-16)
Konstruksi Arcadia :
1)
Unsur Idylls memuat
deskripsiu idealis nilai-nilai desa yang mengaplikasikan kritisisme kota
2)
Unsur nostalgia, sebagai
bentuk yang selalu melihat kebelakang atau masa lalu
3)
Unsur Georgic yang
menampilkan kenyamanan secara harmonis dg alam
Jika melihat dari konstruksi Arcadia yang memiliki unsur
desa, masa lalu, dan kenyamanan yang
harmonis dengan alam. Jika kita melihat bagaimana kesusastraan Indonesia yang
memenuhi unsur-unsur tersebut. Seperti alam pedesaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar