Sabtu, 11 Juni 2016

Saya, Jazz, dan Improvisasi


saya tak perrna menyangka di umur setengah abad ini selera musik saya tiba-tiba berubah. entahlah ada angin apa yang membuat telinga saya menyenangi musik jazz kali ini. oiya, mau narsis juga ya, setiap nyanyi jazz, suara fales saya juga cocok ketika mengikuti alunan lagu, saya pun kadang improvisasasi dengan nada saya sendiri entahlah ngalor ngidul tapi asik... mungkin begitulah ketika menikmati musik jazz. saya bisa mengimprovisasi ketukan, nada, dan tubuh saya sat menari. Jazz menjadi filosofi tersendiri bagi penikmatnya. saya menemuka "improvisasi" dari beberapa lagu jazz yang saya dengar, sometime para penyanyi mengcoverd dengan cara mereka, saya pun sebagai pendengar juga menikmati tiap improvisasinya. 

well, kehidupan sehari-hari saya terapkan seperti saat saya mendengarkan musik jazz. apakah itu? yap, mengenai improvisasi. if you have any corage, thought, just show it... dont be affraid. i were pretty enough  knew, how you'd felt when you stand on the big power that controlled you. meant, you are under controll somebody who have rule. no worry, dont get inferior. just facing that with courage, showing your mind thought and force your fearness. 

lanjut mengenai "Lavie en Rose" lagu ini saya temukan dalam beberapa filem Prancis. saya sendiri lupa apa saja judulnya. yang saya ingat ada satu, yakni, truth or dare. salah satu tokoh perempuannya bergumam dan keudian menjadi iringan dari filem tersebut. dari situlah saya mencari apakah judul lagu tersebut. tak disangka ternyata Frank Sinatra, Edith Piaff, Nat King Cole juga telah mengcovered. wohooo saya senang sekali, dan ternyata terdapat covered lagu ini lebih baru lagi. saya pun mendownload varian baru dari lagu la vie en rose.

ketika saya mendengarkan lagu indah ini, saya merasa sedang jatuh cinta. hehe... yang benar saja, lagu ini dibayangi bunga yang mekar, malaikat yang mengiringi kita dan bernyanyi...ah seperti di surga dalam imajinasi saya. sebenarnya saya sedang sedikit mengurangi lagu galau, dan bagaimanapun galaunya musik jazz, saya pikir akan tetap mengajak kita untuk naik dan turun melalui alunan saxophone dan drum. ketukan-ketukannya pun tidak akan membuat kita terlampau jauh hanyut kedalam kesedihan. 



seperti dalam lagu "everyday i have the blues". well, versi yang dibawakan Count Bassie ini lebih saya suka. saya suka semua versi tapi yg ini yg jadi juara. dengarkan saja di awal pembukaan musik ini. mungkin dari gaya membawakan jazz lawas, intro akan lebih panjang. mungkin akan membosankan bagi pecinta lirik yang penasaran dengan pendendangan, tapi intro yang panjang ini sangat menyenangkan.coba saja anda nikmati intro dalam lagu jazz, terutama lagu ini.nikmati pelan-pelan dan tunjukan bahwa anda sedangng menikmatinya dengan menutup mata. dengan sendirinya kepala dan tangan anda pelan-pelan akan menunjukan kenikmatan dari lagu ini. tuts piano dan terompet, serta dibawakan dengan cara naik turun akan membawa kita pada alunan yang menyenangkan.

mungkin dalam filosofi berikutnya jazz selain menjadi ajang improvisasi hidup, juga menjadikan diri kita belajar menikmati segala bentuk naik turunnya kehidupan. nikmatin aja. well, segitu saja cuap-cuapan saya mengenai musik jazz.




Mishilisme, 
Yogyakarta, 11/06/2016

Jumat, 10 Juni 2016

Ramadhan di Desa atau Di Kota?

oleh : Mishilisme :) 

      Bulan ramadhan adalah bulan di mana umat muslim melakukan puasa selama satu bulan penuh. Bulan ramadhan juga sering dikait-kaitkan di mana terdapat tradisi berbuka, tarawih, kemudian sahur.  Di negara islam lainnya, mungkin saja tradisi seperti itu tidak seberagam di indonesia. Negara yang memiliki muslim mayoritas ini menyambut ramadhan layaknya pesta rakyat. Ketika menit-menit menunggu maghrib berkumandang, di jalan-jalan, di tiap rumah melakukan aktivitas perniagaan. Aneka makanan manis, makanan gurih, dan makanan-makanan yang menggoyang lidah didasar para penjual di pasar dadakan seperti itu. di bulan puasa seperti ini, terdapat pasar kaget, atau pasar tumpah yag ada di jalanan adalah hal yang biasa. Para ibu rumah tangga yang kesehariannya tidak berjualan, maka di bulan ramadhan kali ini mereka berperan ganda, yakni sebagai ibu rumah tangga, dan juga sebagai wirausaha di pasar tumpah. Keberadaan pasar takjil seperti ini merupakan keberuntungan bagi tiap rumah untuk menambah uang sebelum lebaran.
    Bagaimanakah dengan di desa? saya kira tidak beda jauh. Saat ini semangat untuk berjualan di bulan ramadhan tidak hanya dirayakan oleh orang-orang kota. orang-orang yang tinggal di desa menjadikan jalanan kecamatan sebagai pasar takjil. Ramadhan selain menjadi bulan penuh berkah, juga menjadikan berkah kepada para pedagang takjil di manapun tempatnya, bulan yang juga menjadi pertanda tigkat konsumsi semakin meningkat. Keberadaan orang yang perutnya sedang berpuasa, membuat keinginn-keinginan untuk menyantap makanan yang lezat juga dipengaruhi dari gambar di media sosial maupun iklan di televisi. Sehingga para pedagangpun juga tidak akan mau ketinggalan dengan menyajikan berbagai macam varian menu berbuka. Dari mulai yang mengindonesia, hingga yang berbentuk frencaise.
    Setelah membahas mengenai konsumsi pada bulan ramadhan, baik di desa maupun di kota yang memiliki tingkat yang sama saja. selanjutnya bagaimana suasana beribadah di bulan ramadhan di desa maupun di kota? menurut pengalaman saya yang lahir di desa di Jawa Timur tentang puasa di kota maupun di desa, sebenarnya saya sendiri menilai terdapat perbedaan, walaupun konsumtifitas di bulan ramadhan sama saja. ketika bulan di desa, dimulai dari tradisi sahur, mungkin saja di kota juga masih melkukan tradisi keliling membagunkan orang sahur, namun selama saya berpindah-pindah kota dari Surabaya ke Jogja, rupanya selama berpuasa di sana, saya tidak menemukan suara orang-orang yang bergerombol membangunkan sahur. Cerita mengenai waktu saya kecil di desa kegiatan tersebut membuat saya bangun lebih awal dan ikut menunggu teman-teman semasa kecil saya untuk berkeliling membangunkan orang sahur. Kemudian selepas sahur, subuh berkumandang, baik di desa maupun kota, saya masih mendengarkan orang tadarus. Namun yang menjadi perbedaan adalah, tadarus di kota dilakukan hanya beberapa orang saja. di desa sebuah tadarus dilakukan dengan berkelompok, baik ibu-ibu maupun bapak-bapak, mereka melanjutkan satu sama lain dari juz –per juz. Kemudian tarawih, shalat sunnah yang dilakukan setelah isya di bulan ramadhan. Di desa yang saya tinggali sebagian besar berada di naungan imam syafii. Dalam menjalankannyapun juga berbeda yang saya rasakan ketika saya pindah di kota. di kota yang saya pernah tinggali, melakukan ibadah tarawih banyak pilihan ada yang 23 atau 11 rakaat, tinggal pilih saja mana yang lebih menyenangkan. Sedangkan di desa mayoritas, baik di mushola maupun di masjid jami’ sekalipun, melakukan 23 rakaat untuk shalat tarawih.  Cara melakukan shalatnya pun cukup berbeda. Di desa tempat saya tinggal dilakukan per-dua rakaat, dan terakhir dua plus satu rakaat untuk shalat witir. Disetiap menuju per dua rakaat terdapat bilal yang menandai per-rakaat untuk tarawih maupun witir. Well, memang sedikit ngos-ngosan sih ketikan shalat tarawih di desa. berbeda dengan di kota, tarawih dilakukan per-empat rakaat dan tiga rakaat untuk witir. Tidak terlalu berat dan ngos-ngosan, dan yang menjadi pembeda dari keduanya, selain mengenai rakaat, juga bilal.
     Selain itu juga tausiyah yang dilakukan setelah tarawih selesai, dan jeda menunggu dilakukannya shalat witir, hal tersebut bisa kita jumpai di desa. berbeda ketika saya berada di kota, baik ketika di Surabaya, Jogja, maupun Depok, imam memberikan tausiyah sebelum berlangsungnya tarwih. Dan penyampaiannya juga berbeda. Di masjid-masjid yang pernah saya datangi imam masjid bisa jadi adalah seorang profesor, bisa jadi adalah memang takmir, bisa jadi adalah mualaf yang kemudian mendalami islam. Well, dari sini juga berbeda isi dan cara penyampaiannya. Jika di desa yang saya sering dengar mengenai tentang sholat, zakat, dan puasa, mungkin juga setiap tahunnya diulang-ulang untuk mengingatkan kita mengenai apakah itu ramadhan? Keutamaan apa saja? pahala dan ibadah apa saja ketika ramadhan?. Jika di kota, hal-hal tersebut disampaikan sangat ilmiah, pernah suatu ketika di sebuah masjid di yogyakarta, seorang dokter ditgasi untuk mnejadi imam sekaligus mneyampaikan tausiyah saat tarawih, pada saat itu saya paling suka dengan tausiyah yang digabungkan dengan ilmu kesehatan yang dia miliki. Keutamaan puasa, dan bagaimana puasa dapat menyehatkan tubuh manusia, selain itu keutamaan air putih untuk membantu detoksasi saat puasa.
     Begitulah pengalaman mengenai puasa di desa atau kota. keduanya sama-sama menyenangkan, makanan ada di mana-mana, memang ramadhan adalah momen di mana kita mnegeluarkan isi dompet untuk memenuhi dorongan perut lapar untuk memilih makananan yang bervariasi. Ada satu hal lagi yang mungkin belum saya sampaikan mengenai tradisi yang ada di desa, yakni takjil gratis di setiap masjid-masjid di kota. kalau para jamaah di desa membawa makanan pada saat pembukaan tarawih pertama sebagai pertanda puasa pertama, kemudian yang kedua adalah di malam lailatul kadar, di mana malam-malam ganjil, sedangkan selama satu bulan penuh di masjid-masjid di kot selalu ada nasi kotak yang siap dibagikan para jamaah. Menyenangkan bukan? J oleh karena itu, bulan ramadhan bulan dimana setiap pekerjaan dinilai sebagai ibadah karena sedang menjalankan puasa menahan lapar, pun juga Ramadhan adalah surga bagi perut yang lapar.




Sabtu, 15 November 2014

Payah dan Menjadi Pecundang

selamat malam, 
setelah 2 minggu yang lalu saya pulang kampung karena ayah saya sakit cukup lama dan saya harus menemani beliau dan memastikan beliau sembuh. hemm setelah dua minggu otak tidak diajak bekerja rasanya seperti pecundang. banyak ketinggalan yang saya lalui. saya harus naik jet super untuk menjemput ketinggalan. adakalanya kita harus merelakan sesuatu yang ketinggalan itu. merelakan orang lain menjadi pemenang. padahal saya adalah orang yang cukup ambisius untuk mewujudkan janji-janji saya kepada orang tua. menjadi penulis!!!!!

beberapa bulan yang lalu saya berhenti dari tempat kerja saya sebagai salah seorang dosen di universitas negri. dan mungkin tahun depan saya pengennya sih dapat pekerjaan di Jogjakarta sebagai dosen honorer tidak apa-apa asalkan saya disini bisa mengejar ketertinggalan saya. ibarat tertidur disebuah goa, bangun tidur tiba-tiba sudah tahun 2014 dan saya masih menggunakan pakaian era 1990-an betapa jauhnya loncatan waktu, dan begitu cepatnya. tujuan saya adalah tetap stay di sini paling tidak saya ambil kursus singkat IELTS dan semoga saja dapat scholarship di luar negri untuk S3. betapa muluk-muluknya mimpi-mipi saya. padahal sehari-harinya tak lain menjadi orang biasa-biasa saja. dimulai bangun pagi dan ibadah. tapi tekat saya sudah bolat. seperti saya memilih memutuskan untuk S2 berarti tidak boleh terputuslah mata rantai dari jenjang pendidikan saya ini.

24-an Adalah Kutukan Bagi si Lajang
 umur memang masih 24 tapi kata orang-orang ini hampir menjadi perawan tua. tapi saya sudah berusaha, kok. mau bagaimana lagi. takdir mengatakan seperti ini. selagi orang-orang seumuran saya sedang menikmati kebahagiaan mereka bersama suami dan anak-anak mereka, mungkin ada baiknya seperti ini saya harus bekerja keras mewujudkan cita-cita seraya menjadi orang yang bermanfaat dalam keilmuan saya. ah mungkin ini adalah pekerjaan yang biasa saja, 

Move On

Minggu, 09 November 2014

Hujan Minggu Malam di Bulan November (Cepen)


9 November 2014
hujan turun pada minggu malam di bulan november. aku masih di luar, disebuah tempat makan,  menyempatkan waktu untuk mengisi perut pada pukul 7 dan tak taumya hujan muncul dengan deras, sekalian sajaberteduh sebentar . nunggu hujan reda..... hemmm... hujan selalu membawaku pada orang-orang di masa lalu, kemudian menyadari pada sekarang ini, aku sedang sendirian menunggu hujan reda. mungkin hujan tak akan secepat siut angin, hujan juga tak akan bim salabim lalu berhenti. hujan selalu meninggalkan rintik sebelum reda, hujan juga meninggalkan tetesan air di atas atap-atap rumah, di atas dedaunan, lalu menyerap kedalam tanah. hujan juga membasahi baju sang gadis. iya, pasti dia kedinginan. kulihat kekasihnya melepas jaketnya lalu memakaikannya kepada sang gadis yang kedinginan. hemm... adegan romantis disaat hujan.
 Anggap saja hari ini adalah hari keberuntungan bagiku, seharian ini aku sedang malas mandi. kemudian lamunanku masih berjalan-jalan, menaiki atap, kemudian terbang bersama partikel-partikel hujan. oya, tau tidak?! aku sedang mendengarkan musik, bukan musik romatis seperti hujan di bulan ini. ini musik yang nge beat. aku sebenarnya sedang mewanti-wanti diriku sendiri untuk tidak menjadi bagian dari rintik hujan. karena jika menjadi hujan, aku harus jatuh dan menjadi satu dengan tanah, begitu menguap ke atas lalu menjadi hujan lagi, itu artinya harus membiarkan diriku jatuh berkali-kali, yang benar saja.

tadinya aku ingin menceritakan tentang lagu  FIFA World Cup 2014, ya benar, lagu world cup ini dulu sering sekali diputar pada saat kejuaraan dunia, di Brazil. memang Uforianya sudah selesai dengan ditandai kemenangan Jerman. ah ya ampun, Club Jerman, tau-tau saya ingat gambar kaos club jerman sedang mendendarai sepeda motor di lampu merah, waktu itu saya sedang berada di kampung halaman saya di Jawa Timur. sedang dalam perjalanan menuju Jombang kalau tidak salah. begitulah orang memakai kaos dan uforia piala dunia sepak bola berada di benak masyarakat. masyarakat yang mana? semua masyarakat!! melampui batas suku, agama, ras, dan status sosial. itulah kehebatan sepak bola. sepak bola mampu menyentuh berbagai kalangan, sepak bola juga ada permainan yang bisa membuat siapa saja senang bila sudah memainkannya.

sebuah nostalgia membawaku pada sebuah mesin waktu, kembali di bulan Mei 2014. bulan kelahiranku, dan waktu itu hanya satu orang yang mengucapkan selamat ulang tahun melalui sms. jarang-jarang orang peduli dengan sms. facebook dan tweeter merajai dunia dan orang-orangnya. mana ada yang peduli dengan sms. apalagi seorang yang rela menghabiskan pulsanya tersedot 500rupiah saja, boro-boro tersedot 500 rupiah untuk sms, bagaimana dengan telpon? orang akan enggan menghabiskan 10 ribu rupiah untuk sekedar bersilaturahmi dengan temannya. watak-watak pelit yang dibentuk oleh media sosial dan kecanggihan media sosial, hehe dalam benakku. sekarang saja mengundang orang dalam acara seremonial hanya melalui undangan facebook, dulu orang menghabiskan berlembare-lembar kertas dengan mengingat-ingat siapa saja nama kerabat yang akan diundang, tapi sekarang cukup membuatnya di dalam facebook tanpa harus mengingat-ingat kembali, orang lebih mudah mengundang orang lain. malah tak sepeser uang pun keluar dari sakunya untuk biaya cetak.. tapi aku tidak se-idealis itu untuk tidak menggunakan smart phone. aku juga masih menggunakannya. hanya saja aku sedang malas menggunakannya. paling mentok alasanku adalah pelayanan provider yang tidak memuaskan. komunikasi macam taik yang akan diciptakan, kita membeli pulsa dengan paket 1 bulan tapi 2 minggu trouble 2 minggunya lancar, jadi kita hanya menggunakan layanan separuhnya. penghisapan yang sia-sia ketika menggunakan smart phone. sayang sekali smart phone ku ngangkrak di meja kamar. upss... terlalu banyak catatan ya di ceritaku ini, aku sampai lupa menceritakan bulan kelahiranku itu, serta siapakah yg mengiriminya. 
               
     "Selamat Ulang Tahun, semoga tercapai cita-citanya, sekolah ke Jerman, menerbitkan buku, dan sukses tesisnya" 18 Mei 2014

ini adalah sms dari seorang yang aku kenal disebuah Cafe dia adalah temannya temanku. walaupun pada akhirnya aku menjalin hubungan singkat dengannya waktu itu namun hubungan kami tidak ada yang berkesan kecuali sms ini saja yang masih berkesan. alah, mungkin aku saja yang terlau mengingat-ngingat asmara yang tak sukses ini. 

setelah menjalin hubungan dengan seorang aktivis depresi seperti dia, oh sorry aku menamainya seperti itu. tapi sepertinya melebelkannya seperti itu juga sah-sah aja. ini dunia ku, dan ini bahasa yang hidup didalam duniaku. kalau menurut orang bahasa dibentuk secara komunal, melalui interaksi satu sama lain, kenapa orang melupakan dirinya yang ada dan dirinya yang tidak ada. diri yang tidak ada adalah alam pikiran yang menyatu pada sebuah ide, melalui syaraf-syaraf otak lalu menggerakan kai, tangan dan otot-otot. dan sejak saat itu aku memilih sendirian seperti duduk disebuah Cafe lalu hujan-pun turun tak berhenti turun lalu membuat bunyi-bunyian terhempas dari genteng lalu turun meresap ke dalam tanah, kemudian mengisi dalam minggu malam yang kosong.

siapa juga yang mau berebut tulang ikan. kalau mau yang mau hanyalah kucing kampung saja yang doyan. ini bukan masalah "hello selama ini lu gak pernah sadar ya kalau dia tulang ikan?" bukan begitu, kan benar love is blind... cinta itu seperti pelet tanpa dukun. bisa jadi sekarang kita cinta mati dengan manusia tulang ikan, dan bisa saja kita sadar kalau kita sedang mencintai tulang ikan. ah sudahlah, terlalu banyak ngomongin tulang ikan itu nanti rusak otakmu.

hujan sudah mulai reda, sepertinya pulang sekarang tidak akan kuyup basah walaupun masih rintik airnya. 



Sabtu, 18 Oktober 2014

Mbak Ayu... (Cerpen)

Mbak Ayu ….
“Apakah karena saya Janda? lantas saya tidak boleh jatuh cinta lagi? Apa sebab itu seorang janda juga harus menjadi perempuan suci layaknya Mariam? Oh pasti berbeda dengan kisah tentang Mariam yang memiliki anak . tapi ada yang sama dari kami sekelilingnya juga banyak yang menghujat karena status. Mariam memiliki anak tanpa ada pernikahan, sedangkan saya menjadi Janda karena tidak mempunyai anak”. 
***
disebuah rumah tak begitu besar dan juga tak begitu luas, tinggal seorang perempuan bernama Ayu, para remaja di kampung ini dan anak-anak kecil sering memanggilnya tante, umurnya 36 tahun. Sebagai seorang yang bs dikatakan masih muda jika dibandingkan dengan bapak dan ibu yang memiliki umur 50-an keatas, Ayu pun dipanggil tante oleh warga yang tinggal di desa ini. Mungkin karena memang kebiasaan orang-orang yang latah atau memang sedang membiasakan  (mengajari) anak-anaknya untuk menghormati orang yang lebih tua.
Kebiasaan tante ayu pada hari senin sampai jumat, adalah ngantor, tapi bukan kantor negri. Di desa ini lah tante ayu mendirikan sebuah kantor yang bergerak dibidang swadaya masyarakat. Bukan milik tante Ayu, sih. Tapi tante Ayu hanya mengelolahnya. Tante Ayu, hidup disebuah desa kecil dengan warga yang sudah seperti keluarga. Sejak meninggalkan kota tempat dia tinggal bersama mantan suaminya dulu, tante hidup sendiri, keadaan mulai berubah. Masa-masa kebahagiaan saat pernikahan tiba-tiba harus hilang, cinta tante kepada suaminya secara mendadak harus dilepaskannya. “ah tapi ini masalah ketidak cocokan antara kami.. lantas bagaimana lagi ksalau sudah tidak cocok?”  kata wanita Ayu sambil melihat-lihat album kenangannya. Melihat tubuh yang dulu waktu masih perawan, masih lincir kalau kata orang-orang, tak begitu kurus dan tak begitu gemuk seperti sekarang ini. namun 9 tahun pernikahan membuat Ayu mulai berubah, tubuhnya menggelembung bagaikan balon diudara. 3 tahun dengan tubuh seperti itu ditambah masalah perceraian membuat tante harus menumbuhkan rasa kepercayaan diri dengan  maksimal. 
Mungkin kalau dalam pergaulan di lingkungan kerja atau relasi-relasi Ayu, tak banyak menampakkan rasisme terhadap tubuh Ayu. Akan tetapi terkadang orang yang baru mengenalnya, lalu melihatnya dari fisik, itu akan mengiris-iris hati tante Ayu. Dia akan mulai mengingat-ingat kembali masa-masa 10 tahun lalu ketika umurnya masih 26 tahun. Tak ada yang tahu bagaimana perubahan tubuh ini bisa terjadi, apakah akbat hormon? Ataukah pola makan yang berlebihan, namun tante Ayu merasa taka da yang salah dengan dirinya. Sejak menikah dengan mantan suaminya 3 tahun yang lalu, perkembangan tubuhnya mulai terlihat, bahkan Sembilan tahun terakhir tubuhnya pun 100 kg, kemudian saat berpisahpun tante Ayu sudah menjadi seperti sekarang ini.
Disebuah acara pertemuan kerjanya, tante Ayu tak sengaja bertemu dengan laki-laki yang kemudian membawanya kepada sebuah arus asmara, lalu membawanya muda kembali, yang juga membuat Ayu berbelanja baju masa kini, sepatu, tas, dan bahkan perawatan kulit yang sedang digandrungi anak-anak muda jaman sekarang. Ayu pun jadi ikut-ikutan mendadak menjadi golongan muda suka Korean waves, inilah yang dirasakan Ayu kala asmara menggodanya untuk mencoba-coba seperti remaja .
Memang hubungannya tak bisa di publish sembarangan apalagi harus di munculkan di halaman facebook Ayu, dengan alasan menjaga privasi. Akan tetapi belakan terakhir ini Ayu mulai berani menerbitkan foto-foto kemesraan berdua bersama sang pujaan hati. Oya laki-laki ini bernama Mas Nur, dia adalah lulusan perguruan tinggi yang juga satu almamater bersama Ayu namun berbeda jurusan dan tahun, pekerjaannya sehari-hari tidak jelas, dia hanya menunggu proyekan datang baru ada pekerjaan. Misalnya saja menerjemahkan buku, lalu ngedit-ngedit buku. Seperti itu pekerjaannya. Ayu yang lebih tua dan mapan tidak pernah tidak lupa memberi sekedar makan siang disebuah resto dekat kecamatan tepatnya disebuah resto pinggi jalan menuju kota.
Tepat jam 12:30 Ayu merasa ingin bertemu dengan pujaan hatinya lalu tak lama kemudian dia mengirimi SMS kepada Nur
“mas Nur, apa mas sudah makan siang?” Tanya Ayu kepada mas Nur melalui pesan singkat.
Lalu si Nur yang pada saat utu baru saja bangun tidur menjawab “Belum, sayang” . kemudian Ayu-pun menanyai kembali “Mas lagi sibuk ya?” . Nur yang pada bulan terakhir ini tidak ada job menghampirinya lalu ngeles kepada Ayu, agar harga dirinya sebagai laki-laki tidak lah turun. Dia-pun beralasan kalau beberapa hari ini harus ngelembur sampai pagi nerjemahin buku. Dan selanjutnya mas Nur pun menerima ajakan dari Ayu untuk makan siang berdua.
**
Disebuah resto dekat kecamatan, Ayu bersama mas Nur makan siang, dengan menu kesukaan Ayu yakni daging-dagingan, ah tapi ini tak lain ada dua maksud, pertama Ayu suka menimbun lemak lagi-lagi, kedua kekasihnya yang kurus kerempeng ini juga perlu asupan gizi sama seperti AYU. 
Tak disangka ketika makan, tetangga Ayu melihatnya sedang beradu kasih di resto tersebut , lalu esok paginya menjadi sebuah buah bibir warga kampung. Berita ini mencuat dengan cepat. Karena Ayu sendiri adalah salah satu warga yang aktif dalam kegiatan-kegiatan di desanya. Walaupun Ayu adalah seorang pendatang namun dia cepat sekali mengakrapi lingkungan barunya. Bahkan sampai berita mbak Ayu mempunyai gandengan warga pun rebut-ribut. Tapi sayang sekali ini tidak seperti disinetron-sinetron yang menggambarkan sebuah adegan warga kampung sedang menggosip di tukang sayur. Berita ini berlalu begitu saja seperti sewajarnya.
Ayu pun tak menyadari kalau warga ini sudah tahu kabar tentang dirinya dengan mas Nur. Sesekali dia membukakan pintu rumahnya untuk mas Nur lalu membiarkannya berlama-lama bertamu dirumahnya sampai tengah malam. Sekali-duakali telah tercium oleh warga. Baru-lah dari berita yang biasa saja berubah menjadi luar biasa. Lalu ketua RT menegur Ayu untuk tidak lagi menerima tamu sampai tengah malam. Ayu pun mulai gerah dengan laporan warga seperti itu. Mulailah citra positif Ayu di desanya berubah menjadi negatif. Dia kembali menjadi bulan-bulanan oleh warga. Statusnya sebagai janda mulai menjadi sebuah maneuver baru bagi warga untuk menghujatinya habis-habisan. Lalu tubuhnya yang sedikit lebih kurus, hanya berkurang 20kg juga masih mendapatkan olok-olokan sebagai rasi.
Dalam hati Ayu bergeming tentang masalah yang dia hadapi. “mencintai adalah hakku sebagai wanita, lantas apa salah jika aku sebagai Janda jatuh cinta lagi” kata Ayu di dalam kamarnya sambil mememluk bonekah tawon yang ia dapatkan dari mas Nur. Lalu taklama kemudian keponakannya yang masih umur 3 tahun masuk kamarnya lalu memanggilnya “Tante Ayu”. Ayu pun langsung meraih tubuh kecil anak laki-laki yang menjadi keponakan semata wayangnya. Menatap mata malaikat kecilnya itu lalu tersenyum.
…..“bayangkan, rasakan, bila semua berbalik kepadamu dan bayangkan, rasakan bila kelak kau yang jadi diriku”… Miss.10/19/2014

Wisata Nostalgia Sastra : Kampung Halaman dan Arcadia


Pada minggu lalu saya bertemu dengan seorang sastrawan yang menjadi juru masak disebuah warung makan yang berada di Pujale UGM. Pada awalnya memang saya tidak ada wacana dan bahan bacaan tentang romantisisme barat. Akan tetapi sastrawan ini merekomendasikan beberapa bacaan yang berkaitan tentang penelitian yang akan saya lakukan. Sudah cukup pusing jika berhadapan dengan teori-teori barat. Yang saya dapat tidak sesuai dengan keinginan. Ketika yang ingin saya tulis ini berupa empirik  namun masih objektif. Karena penelitiuan saya berkaitan tentang gaya penulisan dan wacana desa. selama ini saya kurang begitu suka dengan penelitian-penelitian sastra di Indonesia, karya diperkosa sedemikian rupa agar menjadi sebuah riset yang dipandang berbobot. Tapi jauh dari situ, sebuah karya menjadi berlari dari dirinya sendiri. Mungkin seseorang yang banyak membaca buku-buku filsafat akan menyadari tentang banyaknya repertoire yang dia miliki, sehingga dalam membaca karya dia akan menemui bahwa karya itu seperti apa yang ada dalam repertoire. Saya juga tidak bisa menyalahkan bagaimana sebuah teori resepsi mempengaruhi pembaca dalam membaca sebuah karya sesuai dengan repertoire atau kapasitas yang mereka miliki.

Arcadia adalah cara hidup yang diedealkan atau tempat yang diidealkan karena bentuk awal teks pastoral adalah Idylls (judul puisi Theocritus). Maka Idylls diasosiasikan dengan pastoral. Kata idylls diambil dari bahasa yunani ‘Eidyllion’ yang berarti ‘smart picture’ dyang berisi tulisan pendek tentang diskripsi yang diidealkan. Istilah Idylls dalam perkembangannya digunakan secara umum, tidak hanya mengacu pada bentuk puitika khusus. Misalnya tidak memetik buah dari pohonnya disebut Idylls (Gifford, 1999:13-16)

Konstruksi Arcadia :
1)      Unsur Idylls memuat deskripsiu idealis nilai-nilai desa yang mengaplikasikan kritisisme kota
2)      Unsur nostalgia, sebagai bentuk yang selalu melihat kebelakang atau masa lalu
3)      Unsur Georgic yang menampilkan kenyamanan secara harmonis dg alam
Jika melihat dari konstruksi Arcadia yang memiliki unsur desa, masa lalu, dan  kenyamanan yang harmonis dengan alam. Jika kita melihat bagaimana kesusastraan Indonesia yang memenuhi unsur-unsur tersebut. Seperti alam pedesaan.


Senin, 15 September 2014

MIEKO TULANGAN : BERBISNIS DAN BER-KOOPERASI


Selamat Pagi......

pada tanggal 12 September yang lalu kami telah buka di Lembah UGM atau dikenal dengan PUJALE UGM. posisi tepatnya lurus dengan fakultas Filsafat UGM. pada saat hari pertama kami buka, pelanggan yang pertama adalah dari teman-teman dari kami. kemudian hari kedua kami buka di PUJALE, saya pikir akan banyak pelanggan ternyata hemmm apa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan. kata koki misterius kami yang mengoprasikan Mieko Tulangan sih, berapapun hasilnya, berapapun pembelinya, satu aja perlu disyukuri. oke deh...
untuk menu-menu yang ada dalam kedai kami, pertama ada menu utama yakni Mie Kocok. makanan ini hasil dari pembacaan koki terhadap sebuah makanan asal Bandung. namun dalam Mieko Tulangan koki kami mengobrak-abrik rempah-remnpah lalu menyusun kembali menjadi sajian yang nikmat dengan kaldu sapi asli, tanpa vitchin atau michin, tanpa penyedap rasa. karena dalam racikan kami menggunakan bumbu-bumbu rahasia. tak hanya itu Mieko juga ada menu jamur untuk yang tidak suka dengan daging-dagingan. kuahnya memang gulai seperti masakan padang, namun masakan ini asli jamur tidak ada dagingnya sama sekali. untuk minumannya ada minuman tradisional namanya Simbar Wareh, minuman ini hasil dari ibu-ibu di pegunungan Kendeng. wah, nikmat sekali kan :) ayoo datang ke Pujale UGM
review akan saya lanjutkan setelah kelas pagi ini selesai :D yaaaakkk ... #ciawww